JAMBI – Danau Sipin dengan segala keberadaannya tetap saja menarik, terlebih mengingat posisinya strategi destinasi perkotaan (peripheral destination). Lemahnya kolaborasi antar pihak menjadikan masalah yang dihadapi makin lama makin parah. Tidak dilakukannya monitoring para pihak mengakibatkan pekerjaan para pihak tak terpantau, seperti kehilangan fokus untuk menjadikannya sebagai destinasi.
Padahal fokus, Danau Sipin sebagai destinasi air mutlak, karena didalamnya terkandung tema penting lainnya, konservasi lingkungan dan nilai sejarah danau itu sendiri. Untuk itu didapat tiga unsur: Atraksi, Amenitas, dan Asesibilitas.
Tulisan ini dimaksud-kan mengulas penting-nya atraksi sebagai bagian dari pengembangan Danau Sipin sebagai destinasi yang baik, terlebih menyambut kehadiran HANHA Industry yang akan terlibat dalam pemulihan kulalitas air danau.
Penopang Destinasi
Atraksi, Amenitas, dan Aesibilitas adalah kondisi ataupun situasi yang bisa muncul bersamaan dengan destinasi itu sendiri. Atraksi mengisyaratkan pertunjukan, alamiah maupun buatan yang diperuntukkan untuk menggoreskan pengalaman unik setiap pengunjung. Bersamaan dengan itu, amenitas adalah kenyamanan berkaitan dengan segala bentuk pelayanan, sarana dan prasarana untuk wisatawan.
Atraksi dari ketiga hal itu adalah paling awal harus terpenuhi, karena ini adalah bagian yang paling dicari. Ada apa disana? Itu pertanyaan petama di benak pengunjung. Danau Sipin bagaimanapun telah memiliki atraksi alamiah sebagai satu destinasi air.
Atraksi lain seperti perahu bermotor, perahu tradisional, sepeda air dan permainan anak-anak bisa disiapkan sesuai dengan permintaan pengunjung. Lebih dari itu, atraksi yang patut dicatat adalah lomba dayung perahu. Ini disiapkan secara rutin, dimana perlombaan untuk ajang prestasi. Patut dicatat bahwa Danau Sipin dikenal pencetak atlet dayung nasional yang berprestasi, karena tempat ini digunakan untuk mencetrak atlit dayung. Seorang penggiat wisata yang berlokasi di Danau Kembang misalnya mengeluhkan bahwa:
Atraksi yang ada sekarang “itu-ke itu” saja, bagaimana mungkin pengunjungnya meningkat. Mengkuatirkan, kondisi terkini yang tidak menggambarkan posisi danau yang pantas untuk dikunjungi. Untuk kepentingan itu, kualitas air, kebersihan dan ketinggian permukaan adalah persyaratan utama sebagai dasar dari berbagai atraksi buatan lainnya.
Tantangan ini semakin besar karena faktanya, Danau Sipin terhubung dengan Danau Kenali melalui sungai penghubung, sungai buluran dimana perkampungan sekitar yang belum memahami menjadi bagian dari destinasi wisata.
Dimulai dari Amenitas
Sampah gulma, pembenahan jaring sampah, penyediaan transportasi sampah ke TPA menjadi prioritas Amenitas. Jaring sampah di tiga pintu In-flow dari tiga sungai segera difungsikan. Jaring ini pernah ada, kemudian rusak dan hingga awal September 2028 tidak berfungsi lagi. Ketika jaring menangkap sampah malah sampah terbiarkan rusak.
Dimusim hujan, sampah rumah tangga akan bertambah jumlahnya, dan dimusim kemarau tumpukan sampah akan mengancam semua atraksi di danau. Pokdarwis penyedia jasa wisata sangat merasakan dampak daripada gulma, enceng gondok yang terbiarkan terlalu lama.
Bersama dengan BWSS VI, mereka berupaya membersihkan gulma walau harus dicatat upaya demikian tidak terlihat bisa menyelesaikan masalah. Upaya ini harus terencana dan konsisten yang melibatkan semua pihak, bahkan terlibatan dari pokdarwis dan masyarakat sekitar.
Disamping itu fasilitas berjalan kaki (tracking) mengalami kerusakan sehingga tidak nyaman lagi bagi pengunjung.
Dalam kaitan ini, adanya MoU antara HANHA dan Provinsi Jambi dapat menjadi jawaban dari masalah danau. Dalam rencananya kegiatan akan dimulai dengan pemasangan mesin penangkap sampah otomatis dari tiga sungai (Sungai putri, Sungai Kambang, dan Sungai Buluran). Terdengar khabar dari HANHA bahwa pekerjaan itu akan dmulai, walau masih dibutuhkan administrasi proyek yaitu PKS (Perjanjian Kerjasama) yang sudah menyertakan batasan proyek, kewajiban para pihak.
MoU yang telah ditandatangani kemudian diikuti dengan PKS (Perjanjian Kerjasama) adalah kemajuan signifikan yang harus ditopang baik secara politis maupun teknis dimana satu dengan lainnya saling melengkapi karena didalamnya didapat keterlibatan antarpihak terutama antara pemerintahan provinsi dan kota.
Prinsip bahwa kehadiran HANHA tidaklah serta merta menghilangkan fungsi dari OPD yang yang selama ini telah ada. Malah kehadirannya hendaknya membuat kejelasan batasan-batasan yang dibangun bersama. Kehadirannya malah memperkuat fundasi untuk menjadikan Danau Sipin ke tingkatan yang lebih tinggi, menjadikannya destinasi air yang mengandung unsur konservasi.
Atau pembangunan yang mempertimbangkan unsur keberlanjutan sebagai arus utama pembangunan kepariwisataan sekarang ini. Dengan demikian, pemerintah pusat juga akan terlibat di dalamnya.
(Diskominfo Provinsi Jambi)
Discussion about this post