JAMBI – Peristiwa ekologis yang terjadi di banyak belahan dunia, semakin membuka mata kita bahwa perubahan iklim nyata adanya dan dampak perubahan iklim itu telah menyentuh sendi-sendi kehidupan warga bumi termasuk suku Orang Rimba atau Suku Anak Dalam (SAD) di Jambi.
Perubahan iklim telah menjadi ancaman global yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk ekosistem hutan yang menjadi penopang utama bagi keberlangsungan hidup manusia termasuk orang rimba. Di sisi lain pemberdayaan masyarakat lokal di sekitar hutan memegang peranan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan serta menghadapi dampak perubahan iklim.
Kegiatan ini menjadi sangat penting dilakukan dengan menguatkan nilai-nilai kearifan lokal yang ada di masyarakat sekaligus pengembangan ekonomi hijau, di Orang Rimba misalnya, kegiatan yang dilakukan adalah pengembangan pertanian sederhana dimana Orang Rimba merupakan masyarakat berburu dan meramu.
“Namun tekanan terhadap hutan menjadikan komunitas ini, menghadapi kesulitan pangan. Ditambah dengan perubahan musim dampak perubahan iklim, semakin menyulitkan Orang Rimba,” kata Direktur KKI Warsi Edi Juneidi pada acara diskusi orang rimba bersama pihak terkait beberapa hari lalu di Jambi.
Kondisi ini mendorong Orang Rimba melakukan adaptasi dengan mengembangkan sistem pertanian sederhana. Sebagaimana yang dilakukan Orang Rimba di Bukit Suban, Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun.
Tumenggung Njalo menyampaikan bahwa mengelola lahan pertanian adalah hal baru bagi mereka, sehingga masih butuh dukungan dari banyak pihak untuk mengelola lahan pertanian.
“Ketiko kito hopi depot uang untuk boli berai, beli gulo, kito ado jaminan pado pertanian, untuk pemakon kito, (ketika kita tidak punya uang untuk membeli beras, membeli gula dengan pertanian kito ada jaminan untuk kebutuhan harian),”kata Tumenggung Njalo.
Tumenggung di kelompok ini, menyebutkan Orang Rimba makin aktif dalam mengelola hasil hutan bukan kayu seperti rotan. Kerajinan yoi apo yang biso kami buat, kito buat, macam mano ado pembelinyo, (Kerajinan kami buat apa saja yang diajarkan pada kami kami buat, tapi kami perlu ada yang membelinya),” kata Njalo.
Kendala dan tantangan Orang Rimba dalam pengembangan ekonomi, menjadi bahan yang diperbincangkan dalam kegiatan Community Dialog, Aksi Bersama Untuk Jambi, Masyarakat Sejahtera Hutan terpelihara, masyarakat yang telah mengelola potensi suberdaya alam berbasis potensi melalui kegiatan pengembangan ekonomi hijau.
Dalam kegiatan ini, masyarakat menyampaikan kegiatan yang telah dilakukan dalam mengelola sumber daya alam, dan meminta dukungan para pihak atas aktifitas yang mereka lakukan, guna berkontribusi dalam pengendalian perubahan iklim sekaligus beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
Butuh kolaborasi semua pihak
“Untuk mencapai kegiatan itu tentu membutuhkan kolaborasi dan dukungan banyak pihak,” kata Direktur KKI Warsi Adi Junedi lagi.
Pengembangan ekonomi hijau merupakan upaya untuk mengendalikan perubahan iklim. Untuk itu snergi dan kolaborasi antar pihak dalam mengelola sumber daya alam sangat penting dilakukan.
“Dalam pendampingan masyarakat dari penggalian potensi hingga mampu menghasilkan produk yang bernilai ekonomi dipantik dengan menggunakan konten audio visual,” kata Adi Junedi.
Metode yang dipakai Warsi adalah membuat konten video yang memuat aneka tutorial mengelola sumber daya alam. Kemudian dilanjutkan dengan menghadirkan pelatih profesional ke tengah masyarakat, sehingga bisa mempraktikkan langsung pengelolaan sumber daya alam sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Pelatihan yang dilakukan diantaranya, pelatihan pengelolaan perkebunan dan pertanian sederhana dimana bagi Orang Rimba dilakukan penggalian sumber ekonomi baru, seperti dengan pengoptimalan kebun karet di Batanghari dan untuk Orang Rimba di Kabupaten Sarolangun dikembangkan tanaman muda serta pengembangan kerajinan tangan dari hasil hutan.
Dalam mendorong inisiatif ini KKI Warsi menghubungkan masyarakat dengan Dinas dan Pemerintahan terkait. Masyarakat dipertemukan dengan pemangku kebijakan untuk pengembangan produk yang telah dikembangkan dalam kegiatan dialog dua arah.
Perdana bagi Orang Rimba hadir sebagai nara sumber, memaparkan kegiatan yang telah dilakukan di hadapan forum resmi. Mereka secara aktif menyampaikan keresahan dan kendala dalam pengembangan sumber ekonomi hijau yang tengah dilakukan.
“Kami Orang Rimba di Batanghari mendapat hak kemitraan kehutanan dalam bentuk pengelolaan kebun karet dari PT Wana Perintis pada tahun 2016, namun memiliki kendala seperti cara sadap yang baik, menyebabkan produksi getah belum terlalu banyak,” kata Tumenggung Ngelembo dalam dialog komunitas yang diadakan oleh KKI Warsi bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jambi.
Banyak pihak menyambut baik kemampuan Tumenggung Ngelembo dalam menyuarakan aspirasi Orang Rimba di Batanghari. PT Wana Perintis menyampaikan dukungannya untuk bantuan bibit mengganti tanaman karet. Sementara itu, Dinas Perkebunan berkomitmen memberikan pelatihan teknik budidaya karet lebih lanjut kepada Orang Rimba di Desa Hajran, Jelutih, dan Olak Besar.
“Kita bisa bekerja sama dengan PT Wana Perintis untuk memberikan pelatihan seperti pemupukan dan penangan hama,” kata Adi Guna Kabid Produksi Perkebunan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi.
Selian Orang Rimba hadir juga masyarakat dari landskape Bukit Panjang Rantau Bayut (Bujang Raba) Kabupaten Bungp. Masyarakat di lima desa di wilayah ini juga mengembangkan produk-produk bernilai ekonomi dengan tetap memppertahankan hutannya. Diantaranya mengelola ekowisata, pengembangan perkebunan kopi dan produk olahannya, pengembangan kerajinan lidi dan hasil hutan bukan kayu lainnya.
Antoni, perwakilan masyarakat Bujang Raba, menyampaikan bahwa masyarakat sangat berharap ada dukungan untuk pengembangan usaha kopi yang dilakukan, serta meminta dukungan para pihak untuk mengembangkan ekowisata alam yang ada di wilayah hulu Kabupaten Bungo.
Pengembangan destinasi wisata alam yang di gagas masyarakat Bujang Raba mendapat dukungan dari Dinas Pariwisata Provinsi Jambi dan Dinas Pariwisata Kabupaten Bungo. Wisata alam yang ada di Bujang Raba dibuatkan paket yang menginterasikan potensi-potensi yang ada di lima desa ini, yang tidak hanya menyuguhkan keindahan alam namun juga bisa mengajak wisatawan merasakan kehidupan pedesaan, misalnya bisa ikut panen kopi, pengolahan kopi, hidup cara pedesaan, ini bisa ijadikan paket wisata, jangan terpisah-pisah.
Sementara itu Kabid Pariwisata Dinas Pemuda, Olahraga Dan Pariwisata Bungo berkomitmen untuk mengadakan pelatihan pengembangan paket wisata bagi kelompok pengelola wisata di lima desa yang ada di Kecamatan Bathin III Ulu diperlukan kolaborasi untuk meningkatkan produk masyarakat.
Para pihak yang hadir dalam kegiatan community dialog berkomitmen untuk mendukung upaya-upaya yang dilakukan masyarakat dalam mengelola potensi yang dimiliki. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Sarolangun berkomitmen untuk mendukung permodalan pengembangan produk kerajinan masyarakat, sekaligus membantu untuk menjembatani pasar.
Dukungan serupa juga disampaikan oleh Dekranasda Provinsi Jambi. Dimana produk yang dihasilkan masyarakat sudah cukup baik, Dekranasda bisa membantu untuk meraih pasar.
“Kita ada sejumlah showroon produk, setelah ini kita bisa mendiskusikan lebih kanjut bagaimana produk masyarakat ini bisa ditampilkan di showroom kita,” kata Iin Kurniasih Sudirman Wakil ketua I Dekranasda Provinsi Jambi.
Pemerintah Provinsi Jambi menyambut baik upaya dan inisiatif yang telah dilakukan oleh masyarakat di tiga Kabupaten, Gubernur Jambi yang diwakili oleh Husairi Staf Ahli Gubernur Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik saat hadir dan ikut diskusi bersama membuka kegiatan community dialog menyebutkan bahwa upaya yang dilakukan adalah kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan organisasi non pemerintah dalam membangun ekonomi hijau dan penjagaan lingkungan di Provinsi Jambi.(Rilis KKI Warsi)
Discussion about this post