Jambipos, Jambi – Pembudidaya ikan arawana (scleropages formosus) endemik Jambi atau yang dikenal arawana silver Jambi untuk mengembangkan usahanya lebih besar agar bisa bersaing di pasar internasional membutuhkan bantuan modal usaha.
Mahyudin (66) seorang pembudidaya ikan arawana Jambi yang dikenal arawana silver, di lokasi budiayanya dikawasan Kota Baru mengatakan, dirinya sejak 1998 sudah memulai usaha ini namun untuk mengembangkannya masih terkendala dengan modal usaha yang nilainya bisa mencapai ratusan juta rupiah.
“Saat ini saya hanya melakukan budidaya ikan arawana silver Jambi dan gold dan super red asal Kalimantan, dalam jumlah kecil atau terbatas dikarenakan kurangnya modal usaha untuk mengembangkannya,” katanya.
Dia menambahkan untuk mengembangkan usaha saat ini perlu biaya atau modal yang besar karena untuk membeli indukannya satu ekor ikan arawana senilai jutaan rupiah dan untuk satu kolam ikan diperlukan minimal jumlah indukannya sebanyak 50 ekor.
Untuk saat ini dibeberapa kolam milik Mahyudin ada sebanyak 45 ekor indukan ikan arawana campur terdiri atas arawana silver Jambi, super red dan gold asal Kalimantan yang baru didatangkannya.
“Yang sudah berproduksi atau menghasilkan anak selama ini adalah arawana Jambi atau silver generasi pertama dan pernah menghasilkan 800 ekor anakan dan semuanya habis terjual dan dipesan di Jambi atau lokal dengen harga jual saat itu Rp100 ribu hingga Rp150 ribu per ekornya,” kata Mahyudin.
Untuk generasi kedua ini, arawana silver Jambi baru mencoba berproduksi dengan jumlah yang lebih kecil atau satu ekor indukan hanya bisa menghasilkan anakan sekitar 35 ekor karena usai ikan masih muda.
Sedangkan untuk arawana jenis super red dan gold asal Kalimantan yang masih berusia empat tahun, saat ini dalam proses pembesaran indukan dan diperkirakan dua tahun mendatang baru bisa berkembang biak atau dibudidayakan.
Terakhir Mahyudin beberapa waktu lalu atau pada Oktober lalu telah menjual ikan anak arawana silverJambi ukuran 3 inch sebanyak puluhan ke pedagang ikan has di Jambi dan siasanya puluhan anakan lainnya dibesarkan untuk menjadi indukan.
Kedepan Mahyudin mencoba membersarkan ikan arawana Kalimantan dan Jambi untuk menjadi indukan dan berharap ada bantuan modal untuk bisa berproduksi dan berkembang lebih besar lagi dan bisa bersaing di pasar internasional.
Kemudian Mahyudin juga berhadap ada dukungan dari berbagai pihak terkait seperti Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (PBSPL) Padang Wilayah kerja (Walker) Pelayanan Jambi memberikan kemudahan dalam urusan Surat Izin Pemanfaatan Jenis Ikan (Sipji) dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, sehingga usaha budidaya arawana Jambi dapat legal atau resmi bisa bersaing dipasar nasional dan international.
Saat ini sumber atau potensi ikan arawana Jambi yang masih didapati atau hidup di alam liar ada di beberapa daerah sungai seperti di aliran sungai Bengkal, di taman nasional Berbak, di aliran sungai Dam Cermin Alam Sarolangun, sungai Batang Tebo dan Bungo.
Namun belakangan ini ikan arawana Jambi dari alam sudah susah didapatkan karena sudah langka akibat air sungai tercemar dan kemudian kalaupun ada pencarian mulai dari anakan hingga indukannya di ambil, yang semestinya indukan harus dilepasliarkan lagi untuk bisa tetap berkembang biak dan tetap lestari sedangkan anaknya bisa diperjual belikan.
Arawana silver endemik Jambi yang dijual di pasaran saat ini dengan harga cukup terjangkau untuk ukuran 3 inch dihargai Rp150 ribu dan yang ukuran besarnya diatas 35 cm bisa mencapai jutant rupiah dan hidupnya juga tidak sulit untuk dipelihara di aquarium oleh pencinta ikan hias.(JP-Red03)
Discussion about this post