JAMBI – Matahari mulai terik, waktunya nelayan menarik jala yang dipasang tadi pagi. Senyum membingkai di wajah Irfan, sang nelayan, dua ekor ikan kakap berukuran besar terjerat dalam jalanya. Dua kakap ini melengkapi hasil tangkapan hari ini dimana hasil tangkapan sudah lebih cukup untuk memenuhi kebutuhan hari ini.
Irfan dan nelayan di Desa Tungkal Satu, bisa melaut lebih dekat. Tidak perlu jauh sampai ke tengah, jaring dan jala dapat dipasang di sungai sekitar hutan mangrove. Berkat ini mereka tuai dari upaya menjaga kawasan hutan mangrove.
Masyarakat di Desa Tungkal Satu umumnya bekerja sebagai nelayan dan petani yang bergantung pada ekosistem mangrove. Jika ekosistem mangrove rusak, hasil tangkapan sulit, dan kebun terendam berujung gagal panen. Karena itu masyarakat melakukan serangkaian upaya pemulihan lingkungan melalui kegiatan pembibitan dan penanaman mangrove di kawasan Hutan Mangrove Pangkal Babu. Upaya-upaya pemulihan lingkungan datang dari inisiatif masyarakat secara urunan dan gotong royong.
“Masyarakat menjaga kawasan mangrove sebagai penjaga agar kebun milik masyarakat tidak terendam air laut. Karena kalau tidak ada kawasan hutan mangrove, air akan sampai ke desa dan merendam kebun-kebun masyarakat,” kata Ambo Angka Ketua KTH Bakau Lestari dalam keterangan resmi yang dikeluarkan KKI Warsi, Jumat.
Tidak hanya itu, mangrove merupakan rumah aneka ikan, kepiting dan udang. Masyarakat menyadari bahwa tanpa hutan mangrove, habitat sumber kehidupan ini punah. Itu artinya untuk mendapatkan ikan mereka tidak bisa lagi disekitar pantai. Sementara, kemampuan warga desa hanyalah sebagai nelayan pesisir, bukan nelayan yang jauh ke tengah laut. Ini yang menunbuhkan semangat untuk memulihkan mangrove.
Kesadaran lingkungan itu membuat masyarakat melakukan upaya pembibitan rutin. Bibit tersebut sebagai upaya merimbunkan hutan agar tidak bertahan dalam terjangan air laut. Beruntung inisiatif masyarakat ini mendapat perhatian dari banyak pihak. Masyarakat atau penggiat lingkungan turut serta membantu masyarakat dengan menggelar aksi penanaman bersama.
“Beruntung upaya kami ini didorong oleh banyak pihak. Bibit kami dibeli dan ditanam di hutan. Hasil penjualan tersebut digunakan lagi untuk kegiatan pembibitan,” jelas Angka.
Kegiatan penanaman mangrove yang rutin dilakukan ini kemudian menjadi inspirasi bagi KKI Warsi sebagai lembaga pendamping masyarakat di Desa Tungkal Satu untuk mengembangkan program baby tree atas dukungan Jejak.in. Suatu program yang tidak hanya menanam tapi juga merawat tanaman mangrove.
Selain itu, juga memberikan insentif kepada petani yang melakukan kegiatan penanaman. Pada awal Juli telah d tanam 4.000 bibit mangrove, dan telah terdata ke dalam aplikasi karlon, aplikasi untuk memantau tumbuh kembang bibit. Pada Agustus nanti, akan ditanam 10.000 bibit lagi.
“Wilayah mangrove memiliki peranan penting dalam berbagai aspek, seperti ekologi fungsinya sebagai rumah bagi keanekaragaman hayati dan pengendali perubahan iklim. Lalu secara sosial memiliki fungsi sosial dan ekonomi sebagai instrumen untuk kesejahteraan masyarakat,” kata Ade Candra Koordinator Program KKI Warsi.
Tidak hanya itu satu upaya yang dilakukan adalah dengan mendorong adanya kebijakan untuk perlindungan dan pemulihan kawasan hutan mangrove. Di Desa Tungkal Satu, KKI Warsi mendorong pembuatan Perdes Nomor 1 tahun 2022, merupakan upaya masyarakat melindungi ekosistem mangrove seluas 112 hektare yang sudah berhasil ditanam dan tumbuh dengan baik. Aturan ini terbit dengan adanya keterlibatan berbagai pihak, baik dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD), pemerintah desa, tokoh masyarakat, tokoh agama dan pemuda.
“Kami berharap inisiatif dalam upaya pemulihan mangrove yang dilakukan di Desa Tungkal Satu baik secara program penanaman dan penjagaan lingkungan dan kebijakan juga direplikasi di banyak lokasi mangrove di Provinsi Jambi,” katanya.
Ia menjelaskan, saat ini tengah mendorong adanya kolaborasi antara forum atau kelompok kerja bersama di tingkat kabupaten yang memiliki kawasan mangrove di Provinsi Jambi. Dengan adanya Forum atau kelompok kerja bersama upaya pemulihan kawasan mangrove di Provinsi Jambi dapat dilakukan dengan baik dan kolaboratif.
Sementara itu, tanggal 26 Juli diperingati sebagai hari mangrove sedunia setiap tahunnya. Satu hari khusus ini menandakan fungsi mangrove yang fundamental dan penting sebagai sebuah ekosistem. Mangrove adalah rumah bagi udang, kepiting, ikan, kerang, hingga primata.
Mangrove adalah ekosistem pesisir yang penting, yang tidak hanya menjadi habitat bagi berbagai spesies laut dan burung, tetapi juga memainkan peran penting dalam mitigasi perubahan iklim dan melindungi garis pantai dari abrasi.
Provinsi Jambi memiliki wilayah mangrove yang signifikan. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2023, luas hutan mangrove di Jambi pada tahun-tahun terakhir ini diperkirakan sekitar 11.779 hektar.
Meski secara jumlah kecil dibandingkan hutan daratan. Hutan mangrove memiliki kemampuan menyimpan cadangan karbon yang besar. Mangrove menyerap karbon dioksida dari atmosfer jauh lebih efektif dibandingkan dengan hutan daratan, sehingga membantu mengurangi efek rumah kaca dan perubahan iklim global.(JP01)
Discussion about this post